..Dikala ambisi terlalu tinggi, beban berat terasa dipundak. Harapan 200jt pasang mata berharap akankah berakhir indah. Sekali lagi terbukti, kemampuan dan kepintaran hanyalah sebagian kecil dari pencapaian kemenangan. Mental harus teruji. Strategi wajib dicari. Emosi harus terkendali. Walaupun gagal di titik pinalty. Kepandaian setinggi apapun akan hancur oleh emosi dan mental yang tak terkendali. Selamat buat para pemuda Indonesia yang berjuang mengharumkan nama bangsa....kalah..ataupun..menang..
Rabu, 29 Desember 2010
..saya jadi teringat ketika masih kecil selalu diberi nasehat oleh orang tua, "rajin2lah belajar nak, supaya kamu menjadi orang yang pintar. Ayah akan terus berjuang mencari rezeki untuk membiayai pendidikanmu supaya kamu menjadi orang yang pintar." Seorang ayah sungguh memiliki niat yang luhur demi masa depan anaknya. Namun ketika nesehat yang kita terima disaat kita masih kecil dulu, kemudian kita analisa dengan realita yang terjadi ketika kita sudah sangat dewasa, terasa tidaklah begitu tepat. Seorang ayah kadang lupa bahwa anaknya tidak hidup dizaman ketika ayahnya hidup. Pembekalan yang diberikan berupa sebuah "kepintaran" tidaklah cukup membuat anak itu akan sukses dan bahagia ketika dia hidup dewasa. Nah, pembekalan apalagi yang harus dimiliki seorang anak supaya dia kelak bisa hidup sukses, apapun profesinya. Ternyata pembekalan pengendalian emosi. Hal ini haruslah digali oleh si anak sendiri dengan kepintaran yang telah dimilikinya ataupun yang belum dimilikinya.. Terimakasih Ayah, ternyata engkau memberi kami kail, bukan ikan..
Selasa, 28 Desember 2010
kenapa harus demokrasi..?
Adakah demokrasi membawa kesejahteraan..? Pertanyaan ini sungguh sulit bagi orang yang ingin menjawab 'iya". Apakah demokrasi segala2nya, apakah reformasi itu sebagai dewa yang harus selalu diagung2kan..? Rakyat lebih memilih melek sejahtera dari pada melek politik. Rakyat lebih memilih buta politik dari pada buta sejahtera. Kalau ada yang mengatakan demokrasi adalah kendaraan menuju kesejahteraan, terlalu memaksakan diri demi memenangkan demokrasi itu sendiri. Kerusuhan demi kerusuhan adalah buah kebebasan yang diberikan. Puaskah sebagian besar rakyat dengan kebebasan yang diterimanya. Ternyata segelintir rakyat yang merasa pintar mengatas-namakan seluruh rakyat demi ambisi pribadi yang mendendam terhadap rezim yang dianggap jahat. Sekali saja kita coba jujur, perbaikan kesejahteraan apa yang sudah dirasakan di zaman reformasi ini jika dibandingkan zaman sebelum reformasi. Tidak perlu diberi contoh negara mana yang mengubur demokrasi demi kesejahteraan ekonomi rakyatnya. Apakah lebih penting bersilang pendapat mengenai politik yang tidak ada pengaruh apapun terhadap kemampuan ekonominya sendiri..
..gundah..
..Tuhan menciptakan manusia untuk beribadah kepadaNya. Apapun yang dilakukan manusia hakikatnya ibadah. Ibadah adalah perbuatan-perbuatan yang diridhoi. Hidup sebagai manusia di muka bumi cukuplah berat. Akan ada pertanggung-jawaban yang diminta. Karena itu manusia dibekali Akal Fikiran sebagai penentu ke arah mana jalan hidupnya akan ditempuh yang akhirnya pertanggung jawaban akan dimintakan. Selalu ada dua sisi yang saling bertentangan dalam hidup ini. Manusia pecundang selalu berada pada sisi yang merugi. Hidup hanya sebentar. Yang menyia-nyiakan waktu muda sungguh sangat menyesal dan jangan harap waktu bisa terulang. Pengalaman hidup agaknya harus dibagi kepada penerus kita agar kesalahan jangan dilakukan oleh mereka. Jangan wariskan kekhilafan kepada mereka. Perbaikan terus-menerus harus dilakukan dengan tekad kuat dari generasi ke generasi..
Sebuah Renungan
Disaat umur sudah diawali dengan angka 4, terasa hidup ini sangatlah singkat. Belum banyak yang bisa dilakukan di dunia. Kesadaran mulai muncul. Kesadaran akan dosa dan salah, akan keterlambatan untuk berbuat baik bagi sesama, keterlambatan untuk berbakti kepada kedua orang tua tercinta, keterlambatan untuk membahagiakan keluarga terkasih. Hidup hanyalah persinggahan untuk mencari bekal bagi kehidupan selanjutnya. Kadang semangat untuk lebih berprestasi lagi dalam menjalani hidup yang terus menggebu-gebu telah membuat lupa bahwa hidup ada batasnya. Usia akan ada akhirnya, walaupun kita manusia tidak ada yang tahu sampai kapan. Melihat kebelakang diperlukan untuk mengetahui sudah seberapa lama waktu terbuang hanya untuk hal-hal yang tidak diperlukan dalam menggapai cita-cita. Waktu yang hilang sungguh sangat berharga jika dipandang dari saat ini yang tidak akan mungkin akan kita ulangi lagi. Penyesalan tidak berguna walaupun sebenarnya diperlukan untuk memperbaiki langkah kedepan. Minggu berganti bulan, bulan berganti tahun yang kesemuanya akan sia-sia jika tidak diisi dengan peningkatan kualitas hidup..
Langganan:
Postingan (Atom)